PUNGGAWAFOOD, SINJAI – Setelah semarak peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia yang berlangsung penuh khidmat dan meriah, suasana Kota Sinjai mulai kembali pada ritme kesehariannya. Namun, momentum pasca perayaan tidak serta-merta menghapus semangat kebersamaan yang telah tumbuh di tengah masyarakat.
Di hari Rabu (20/8/2025), Titikota Coffee Shop hadir sebagai ruang perjumpaan baru bagi warga untuk kembali menikmati kehangatan suasana kota. Terletak di pusat Kabupaten Sinjai, kafe dengan nuansa rustic ini menawarkan pengalaman berbeda: perpaduan cita rasa kopi yang khas, kenyamanan ruang yang hangat, serta hidangan yang menggugah selera.
Salah satu menu yang tak pernah absen menjadi favorit pengunjung adalah Nasi Goreng Titikota, yang diracik dengan bumbu khas dan penyajian sederhana namun penuh cita rasa. Menu ini menjadi teman pas untuk menemani secangkir kopi robusta atau arabika pilihan, yang diracik langsung oleh barista andalan Titikota Coffee Shop.
“Perayaan sudah usai, tetapi semangat kebersamaan harus tetap hidup. Titikota Coffee hadir bukan sekadar sebagai tempat minum kopi, tetapi juga ruang untuk warga Sinjai berkumpul, berbagi cerita, dan kembali menikmati keseharian dengan lebih hangat,” ungkap salah satu pengelola.
Tak hanya itu, suasana kafe yang berada di titik strategis jantung kota menjadikannya mudah dijangkau siapa pun. Kalangan muda, pekerja, hingga keluarga, kerap menjadikan Titikota Coffee Shop sebagai tempat beristirahat selepas aktivitas.
Rabu pasca perayaan kemerdekaan ini pun terasa berbeda di Titikota Coffee. Semangat merah putih yang baru saja berkibar di langit negeri, kini berpadu dengan aroma kopi yang menenangkan, menghadirkan pesan bahwa kemerdekaan juga berarti memiliki ruang untuk menikmati hidup dengan sederhana namun penuh makna.
Dengan konsep sederhana, hangat, dan dekat dengan masyarakat, Titikota Coffee Shop seolah mengajak warga Sinjai untuk terus menjaga semangat kebersamaan pasca perayaan kemerdekaan. Sebab, merayakan kemerdekaan bukan hanya tentang prosesi upacara, tetapi juga bagaimana menciptakan ruang-ruang persaudaraan di tengah keseharian.
