Warisan 82 Tahun Kopi Bis Kota, Kejayaan yang Bertahan di Tengah Gempuran Zaman

PUNGGAWAFOOD, JAKARTA – Di antara keramaian Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, masih berdiri kokoh sebuah toko legendaris yang telah menemani perjalanan sejarah kopi Indonesia selama lebih dari delapan dekade. Toko Sedap Jaya Wong Yin, sang pencipta Kopi Bis Kota, tetap mempertahankan tradisi penggilingan kopi dengan cita rasa otentik yang tak lekang oleh waktu.

Jejak Sejarah Panjang

Perjalanan Kopi Bis Kota dimulai pada tahun 1943, ketika Wong Yin, seorang pria keturunan Tionghoa, mendirikan toko kopi sederhana di Pasar Lama yang berlokasi tidak jauh dari Kantor Polres Jakarta Timur. Nama “Bis Kota” sendiri terinspirasi dari nomor polisi bus tahun 1943 yang diabadikan dalam kemasan khas berwarna coklat.

Seiring berjalannya waktu, tepatnya pada akhir dekade 1960-an ketika Gubernur Ali Sadikin gencar melakukan program peremajaan pasar, Wong Yin memindahkan usahanya ke lokasi saat ini di Jalan Pintu Pasar Timur, Jatinegara, Jakarta Timur.

Tradisi yang Tak Pernah Pudar

Meski bangunan toko terlihat sederhana dan tak begitu luas, aktivitas penggilingan kopi masih berlangsung setiap hari dengan menggunakan dua mesin penggiling bersejarah dari zaman Jepang. Suara gemuruh mesin yang terdengar khas itu masih setia menggiling sekitar satu karung besar biji kopi setiap harinya.

Keunikan Kopi Bis Kota tidak hanya terletak pada cita rasanya, tetapi juga pada kemasan yang tak pernah berubah sejak puluhan tahun lalu. Kertas sampul berwarna coklat dengan gambar bus bernomor polisi 1943 menjadi identitas yang melekat kuat di hati para penikmat kopi.

Varian dan Kualitas Terjaga

Sumiati Sujadi, pewaris usaha generasi kedua yang telah mengelola bisnis keluarga sejak tahun 1960-an, menyebutkan toko ini menyediakan tiga jenis kopi berkualitas. Mulai dari Arabika seharga Rp 170.000 per kilogram, WIB (kopi berwarna kuning hijau) Rp 110.000 per kilogram, hingga Robusta dengan harga yang lebih terjangkau.

“Yang paling digemari konsumen adalah kopi campur, perpaduan Arabika dan Robusta seharga Rp 140.000 per kilogram,” ungkap wanita berusia 70 tahun tersebut.

Pelanggan Setia dari Berbagai Penjuru

Daya tarik Kopi Bis Kota tidak terbatas pada konsumen lokal Jakarta. Banyak pelanggan yang datang dari luar daerah, bahkan dari mancanegara seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat untuk merasakan kopi legendaris ini.

Aris, warga Tanjung Priok yang telah menjadi pelanggan setia selama 10 tahun, mengungkapkan kecintaannya pada kopi ini. “Saya tahu dari orang tua bahwa kopi Bis Kota hanya ada di Jatinegara. Setelah mencoba, rasanya benar-benar kopi murni dengan kualitas terjamin,” katanya.

Hal serupa dirasakan Fajar, warga Depok, yang rela datang langsung ke Pasar Jatinegara setelah tertarik mencoba kopi ini di rumah temannya. “Selain rasanya enak dan bagus, harganya juga masih terjangkau,” ujarnya.

Optimisme di Tengah Tantangan

Meski mengakui usaha keluarga mulai menghadapi tantangan zaman, Sumiati tetap optimis mempertahankan kualitas dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Dia berharap Kopi Bis Kota akan terus bertahan sebagai pilihan utama pecinta kopi yang mengutamakan kualitas dan cita rasa otentik.

“Kami akan terus berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Selama masih ada yang mengelola dan menjaga kualitas, usaha ini akan terus bertahan,” pungkas Sumiati dengan penuh keyakinan.

Kehadiran Kopi Bis Kota di tengah gempuran berbagai merek kopi modern menjadi bukti bahwa tradisi dan kualitas masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia.


RADIO SUARA BERSATU FM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *